KEDEWASAAN BERIMAN DALAM SIKAP HIDUP

Pdt. Dr. Daniel Zacheus SE, MACE
GPdI Randudongkal
Ibrani 5:11-14
(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.
(12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dr sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, & kamu masih memerlukan susu, bukan makan
an keras.
(13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.
(14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang
dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Surat IBRANI dituliskan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen. Mereka ada & tinggal di tempat asing, diluar daratan Palestina, yg dipenuhi oleh orang2 yahudi penolak Kristus, mereka banyak mendapatkan tekanan secara rohani. Penulis surat ini berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah & penebusan di dalam Yesus Kristus. Karena tekanan yang begitu berat maka ada kemungkinan sebagian orang Kristen Yahudi yg sebelumnya telah menerima keselamatan ini, kembali pada praktik dan ritual Yudaisme supaya mereka tidak dianiaya, dikucilkan dan sebagainya. Salah satu tujuan surat ini dituliskan adalah untuk menyerukan kepada mereka yang mengalami intimidasi, diskriminasi, dan aniaya untuk tetap hidup di dalam anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, dan tidak menyia-nyiakannya (Ibr. 2:3 bnd. 1 Kor. 15:2).
Ciri orang percaya yang dewasa :
- Mereka tidak lamban dalam hal mendengar (ay 11)
Ibrani 6:11-12
(12) Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan peng
harapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,
(13) agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut
penurut mereka yang oleh iman & kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
PENJELASAN : Apakah Asas-Asas Pokok Penyataan Allah itu? (ay 12)
Paulus begitu mengenal mereka, sangat mungkin sebagian mereka pernah diajar oleh Paulus dalam kelas-kelas Teologi di ruang kuliah Tiranus (KPR. 19:9). Tetapi Paulus dengan inspirasi dan hikmat Roh Kudus, mendapati mereka lamban bertumbuh dalam pengenalan akan ajaran-ajaran/doktrin-doktrin atau asas-asas dari penyataan Allah.
Mari kita lebih memperjelas nya saat ini mengenai asas2 pokok penyataan Allah sehingga sekiranya ketika dalam sudut waktu kita seharusnya sudah menjadi pengajar (Guru Injil) kita mantap melaksanakannya. Sebelum menjadi seorang pengajar tentu harus mantap dahulu apa yang ia ajar atau yakini adalah kebenaran. Atau sebelum ia pergi memberitakan tentang Injil, ia harus pastikan dahulu isi berita Injil itu adalah benar (Alkitabiah) dan tidak menyimpang / salah.
Tiga Asas Pokok Penyataan Allah dalam firmanNya yang sempurna (Alkitab) sebagai berikut :
- Penyataan Allah mengenai jalan keselamatan manusia (Soteriologi),
- Penyataan Allah mengenai Kebenaran Alkitab itu sendiri (Bibliologi),
- Penyataan Allah mengenai praktik-praktik gereja Alkitabiah (Ekklesiologi)
Tuhan memberi kita dua alat untuk menyelidiki segala sesuatu, mengetahui dan melaksanakan asas-asas pokok penyataanNya, yaitu Alkitab dan Akal budi (sehat).
Dua hal ini harus selaras dan tidak boleh dihilangkan salah satunya.
Ada ALKITAB , tetapi tidak memakai pertimbangan AKAL BUDI yang sehat/baik, maka yang timbul sangat mungkin adalah hal-hal mistik dan takhayul. Tidak mungkin membaca Alkitab TANPA mengaktifkan akal budi kita.
Sebaliknya, jika memakai AKAL BUDI, tetapi tidak berdasarkan pada sudut pandang ALKITAB , maka akan muncul filsafat manusia yang *kosong* (Kol. 2:8).
- Meninggalkan sifat kanak-kanak (ay 13)
1 Korintus 13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
III. Mereka suka makanan keras (ay 14)
Lima panca indra manusia adalah indra peraba, penglihatan, penciuman, pendengaran, serta perasa. “Mempunyai panca indera yang terlatih” dalam bahasa Yunani “Gegymnasmena” (digambarkan seperti olahragawan yang siap untuk bertanding).
KESIMPULAN
Orang percaya yang sudah terlatih seperti seorang olahragawan secara rohani seperti penjelasan di atas maka akan memiliki kepekaan rohani sehingga mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah serta menjadikannya seorang yang DEWASA dalam bersikap dan berespon baik dan benar terhadap berbagai persoalan hidup.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.