KEMUNAFIKAN DAN KESESATAN DALAM KESALEHAN

KEMUNAFIKAN DAN KESESATAN DALAM KESALEHAN (bag.2)

Pdt. Dr. Daniel Zacheus SE, MACE – Bendahara MD Jawa Tengah

Israel yang tidak terhilang

KEMUNAFIKAN DAN KESESATAN DALAM KESALEHAN
KEMUNAFIKAN DAN KESESATAN DALAM KESALEHAN

Kalau dalam rumusan pertanyaan di atas kita telah mengandaikan bahwa Yesus sebenarnya telah membagi Israel menjadi dua bagian. Sekarang tugas kita untuk mencari bagian yang kedua itu. Yaitu siapakah dari antara orang Israel yang dapat dikelompokkan sebagai yang tidak terhilang? Mempertimbangkan bahwa Yesus hanya melakukan pelayanan di antara orang Yahudi Palestina saja, dan sebaliknya tidak melayani pada daerah-daerah Yahudi Diaspora, mungkinkah yang dimaksud oleh Yesus adalah kelompok diaspora itu? Kita akan coba mempertimbangkan kelompok ini.

Kelompok Diaspora Yahudi

Kelompok diaspora Yahudi muncul sejak pembuangan Babel dan pada waktu selanjutnya oleh sebab-sebab yang lain juga seperti pengungsian atau alasan-alasan ekonomi yang lain. Dari segi keagamaan, memang mereka tidak termasuk dalam kelompok-kelompok yang menciptakan hukum-hukum lisan yang ternyata dalam pandangan Yesus justru bersifat munafik dan seringkali menyesatkan. Namun demikian ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa mereka juga menganut dan mempraktekkan hukum-hukum lisan yang sama seperti yang diproduksi dalam kelompok Yudaisme Palestina. Menurut Ed Parish Sanders, tipe dasar agama Yudaisme Palestina yang dapat disebut sebagai Convenental Nomism– yaitu suatu pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan hanya datang dari menjadi anggota-anggota perjanjian dan ketaatan dalam melindungi/ melakukan perintah-perintah Allah, juga menyebar ke daerah-daerah diaspora.

Donald B. Kraybill

Selain itu, kesetiaan orang-orang Yahudi diaspora terhadap agamanya juga menyebabkan mereka terus berhubungan dan dalam banyak segi bergantung dengan Yerusalem dan Bait Suci. Donald B. Kraybill menulis, Bait suci adalah puncak dari kehidupan beragama, jantung ibadah, ritus, keyakinan, dan emosi Yahudi. Bait Suci di Yerusalem membangkitkan semangat keagamaan. Ia terbungkus dalam rahasia dan pesona. Disitulah bertahta hikmat, hukum dan kitab suci. Di situ juga satu-satunya mezbah Yahudi ditempatkan, dimana Imam Besar melakukan upacara kurban pendamaian sekali setahun, bagi suluruh dunia Yahudi. Orang-orang Yahudi yang saleh dan tinggal di luar Palestina datang tiga kali setahun ke Bait Suci untuk merayakan hari-hari raya keagamaan. Melihat kenyataan itu, nampaknya mudah bagi kita menyimpulkan bahwa praktek keagamaan yang sama dengan yang di Palestina terjadi pula di daerah diaspora. Oleh sebab itu nampaknya kita akan salah alamat jika mengatakan bahwa kelompok inilah yang dimaksudkan oleh Yesus sebagai Israel yang tidak terhilang itu.

Kesimpulan

        Jadi kalau demikian siapakah yang dimaksud oleh Yesus dalam pernyataanNya itu? Akhirnya, penulis berpendapat bahwa yang dimaksud oleh Yesus. Dengan yang tidak terhilang mungkin memang tidak menunjuk pada suatu kelompok tertentu dari orang-orang Yahudi. Dalam pandangan Yesus seluruh orang Yahudi baik itu, orang Farisi, ahli Taurat, orang Saduki, orang Zelot, Eseni, dan kelompok diaspora adalah sama. Mereka –seperti manusia pada umumnya merupakan sasaran yang sama dari misi Yesus di dunia. Oleh sebab itu mungkin lebih tepat kalau kita mengalamatkan tebakan kita kepada individu-individu yang bisa saja tersebar dalam kelompok-kelompok Yahudi itu. Ada orang benar di antara orang Yahudi Palestina, ada orang benar di antara orang Farisi, orang Zaduki, orang Zelot, orang Eseni dan orang Yahudi diaspora. Penunjukkan ini memang tidak se-spesifik seperti penunjukkan yang pertama mengenai yang terhilang dari Israel. Karena Yesus dalam pernyataanNya itu memang ingin memfokuskan pada point yang terhilang.

Secara Spesifik

Atau bahkan sebenarnya pada saat mengucapkan pernyataan ini yang ada di pikiran Yesus adalah orang-orang Yahudi yang terhilang saja. Sebaliknya secara spesifik tidak ada bayangan mengenai kelompok yang kedua ini. Jadi point dari pernyataan Yesus ini adalah bahwa orang Yahudi harus sadar akan keadaan mereka yang terhilang dan rusak. Juga lebih buruknya lagi, perintah yang dilakukan itu didasarkan pada legitimasi religius dan diklaim sebagai persembahan kepada Allah. Dan sekali lagi dalam penekanan Yesus praktek-praktek semacam ini bukan menunjukkan kesalehan yang sesungguhnya. Tetapi kesalehan yang menyesatkan yang telah menyebabkan orang Yahudi rusak dan terhilang. Sehingga bagi mereka tidak pantas dan memalukan jika mereka masih merasa lebih tinggi dari pada orang-orang kafir. Yang sebenarnya justru memiliki iman dan kasih yang jauh lebih besar dari pada yang mereka miliki.  Kesalehan agama itu harus nyata di dalam kesalehan sosial. Jikalau kesalehan agama tanpa kesalehan sosial adalah dapat dikatakan sebagai kemunafikan.

Hal Inilah

Hal inilah yang ditentang oleh Tuhan Yesus terhadap orang farisi dan ahli Taurat yang melakukan ritual keagamaan dan mengetahui kebenaran. Tetapi hidup mereka tidak mencerminkan kebenaran mereka yang mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, seharusnya orang-orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus atau orang-orang yang percaya kepada Kristus. Tidaklah hidup di dalam kemunafikan yang tidak memiliki dampak kesalehan kehidupan agamanya ke dalam kehidupan sosial. Melainkan sebaliknya yaitu kesalehan kehidupan agamanya tercermin di dalam kehidupannya sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *